Jumat, 04 Juni 2010

Harga Kopi Anjlok, Petani Menjerit

CURIO -- Ppetani di Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang mengeluhkan harga kopi yang anjloknya pada musim panen kali ini. Melimpahnya produksi dianggap salah satu penyebab penurunan harga tersebut.

Harga kopi yang diberlakukan pedagang hanya antara Rp 4.000-Rp 5.000. Padahal sebelumnya harga normal mencapai Rp 9.000. Kondisi itu membuat jeritan petani makin nyaring terdengar.

Bahkan sebagian petani membiarkan buah kopinya membusuk ketimbang memetik untuk dijual. "Kalau dipetik, kita harus membayar ongkos petik ke para pekerja. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk pabrik pengupasan kulit kopi hingga menghasilkan biji kopi. Setelah itu biji kopi masih harus dikeringkan.

Dengan harga Rp 5.000 sudah pasti lebih besar ongkos pengolahannya ketimbang hasilnya. Makanya kita biarkan saja membusuk di pohon," ujar Wading, 45 tahun, Selasa 1 Juni.

Wading berencana menebang ribuan pohon kopinya untuk diganti dengan tanaman lain yang lebih menguntungkan. Jika hanya mengandalkan kopi saja, maka asap dapur mereka terancam tidak mengepul.

Hal senada disampaikan Wasar dan Anda, keduanya petani kopi di Desa Curio. Wasar menyebutkan, alasan pedagang menurunkan harga kali ini karena kualitas kopi petani kurang bagus.
Padahal lanjut Wasar, kualitas kopi yang dihasilkan musim panen kali ini tidak berbeda dengan hasil panen tahun lalu. Namun yang mengherankan, pedagang mengeluhkan soal kualitas.

Seorang pedagang kopi di Pasar Sudu Kecamatan Alla Enrekang mengungkapkan, salah satu penyebab anjloknya harga tahun ini menyerbunya kopi dari daerah lain. Beberapa pedagang membawa kopi dari Malakaji Malino Kabupaten Gowa untuk dicampur dengan kopi Enrekang. Sayang pedagang tersebut enggan disebutkan namanya dengan alasan takut menjadi sasaran pedagang lain.

Kepala Dinas (Kadis) Perindustrian dan Perdagangan Enrekang, Imran Mazmur di tempat terpisah mengatakan, pemkab sulit mengatur perdagangan kopi. Lagi pula tidak ada regulasi yang mengatur.
"Tapi kita sudah ada kerja sama dengan kepolisian untuk mengantisipasi masuknya kopi dari laur daerah yang bisa mengganggu stabilitas harga," ujarnya. (fajar)

Tidak ada komentar: