Kamis, 31 Januari 2019

Bupati Enrekang Harap Penyaluran Beras Sejahtera Tepat Sasaran

Bupati Enrekang, Muslimin Bando, membuka rapat koordinasi bantuan sosial pangan beras sejahtera (Rastra) di Pendopo Rujab Bupati Enrekang, Kelurahan Juppandang, Kecamatan Enrekang, Rabu (30/1/2019).
Dalam kesempatan itu, Muslimin Bando, meminta agar pendistribusian Rastra tahun ini harus tepat sasaran.




Apalagi, penerima manfaatnya memang betul-betul masyarakat yang membutuhkan dan sudah didata oleh Kementrian Sosial.

"Bantuan sosial Rastra adalah untuk masyarakat yang membutuhkan, olehnya itu harus tepat sasaran dan diawasi hingga sampai ke penerima, tolong ini dijaga dengan ketat agar tepat waktu dan sasaran," kata Muslimin Bando.

Ia menegaskan, bantuan Rastra yang disalurkan harus betul-betul beras yang berkualitas.
Sebab, Enrekang ini merupakan salah satu pemasok air ke persawahan yang ada di beberapa daerah penghasil beras.

"Jadi saya minta, agar berasnya harus yang berkualitas untuk meningkatkan gizi masyarakat. Masa beras jelek dikirim ke Enrekang, saya kasih kembali kalau berasnya jelek," ujar Muslimin.
Rapat koordinasi tersebut yang diikuti oleh Forkopimda, camat, lurah dan desa se-Kabupaten Enrekang.



Perayaan HUT ke-59 Kabupaten Enrekang Bakal Dipusatkan di Kecamatan Alla

Kabupaten Enrekang bakal genap berusia 59 tahun pada 19 Februari 2019 mendatang.
Untuk itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Enrekang mulai melakukan rapat persiapan pembentukan panitia untuk perayaan HUT ke-59 tersebut.

Rapat yang dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Enrekang, Asman itu diikuti oleh seluruh pimpinan OPD dan Forkopimda lingkup Pemkab Enrekang.
Menurut Asman, peringatan HUT ke-59 Kabupaten Enrekang bakal dipusatkan di Lapangan Sepak Bola Belajen, Kecamatan Alla'.

"Tadi kita sudah rapat awal penyusunan komposisi kepanitian dan disepakati Kadis Pertanian sebagai ketuanya serta peringatan HUT dipusatkan di Kecamatan Alla'," kata Asman usai rapat.

Ia menjelaskan, dalam rapat tersebut belum ada pembahasan terkait konsep acara, tamu undangan atau pun peresmian gedung.
Sebab, rapat tersebut baru merupakan rapat awal pembentukan panitia. Terkait konsep acara akan dibahas dalam rapat panitia selanjutnya.
"Belum ada konsep acara karena kita baru bentuk panitia, tadi sudah sempat dibahas ada ekpos pembangunan dan kebudayaan tapi itu belum final," ujar Asman.(*)

Wabup Asman Sebut Angka Kemiskinan di Enrekang Menurun

Wakil Bupati Enrekang, Asman, mengklaim angka kemiskinan di Kabupaten Enrekang mengalami penurunan tahun 2018 lalu. Menurutnya, angka kemiskinan menurun sekitar 1,01 persen jika dibandingkan dengan tahun 2017 lalu.


Tahun 2017 lalu angka kemiskinan mencapai 13,5 persen sedangkan di tahun 2018 jumlahnya tersisa 12,49 persen.

"Itu berdasarkan data nasional yang dipresentasikan bulan lalu di Makassar pada Rapat koordinasi (Rakor) terkait angka kemiskinan di Sulsel," kata Asman kepada TribunEnrekang.com, Kamis (31/1/2019).

Ia menjelaskan, menurunnya angka kemiskinan bisa dilihat dari mulai bergeraknya perekonomian di masyarakat.
"Perekonomian kita sudah mulai bergerak, termasuk dengan mulai meningkatnya bidang pertanian kita," ujarnya.
Ia menambahkan, tahun ini pihaknya sudah menyiapkan beberapa program unggulan untuk menekan angka kemiskinan, seperti pemetaan warga miskin.

Rabu, 30 Januari 2019

Serunya Berbelanja di Pasar Mammesa, Beli Jajanan Tanpa Rupiah

Enrekang - Kolaborasi komunitas pemuda Massenrempulu dan Generasi Pesona Indonesia (GenPI) menghadirkan pasar rakyat digital bernama Pasar Mammesa di kawasan destinasi wisata alam Pinus, Dante Pine, Kelurahan Tanete, Kecamatan Angeraja, Kabupaten Enrekang, Minggu, 9 Desember 2018.

Sekitar seribuan orang memadati kawasan pasar berkonsep alam ini. Dari anak-anak hingga ibu-ibu tumpah ruah dan hilir mudik menikmati sajian pedagang yang menjajakan kopi, aneka macam kue tradisional, dan aksesori.
Tidak hanya itu, panitia menyediakan permainan anak-anak, seperti egrang, bakiak, lompat tali, dan lainnya.

Sambil berbelanja dan bermain pengunjung dapat menikmati sajian musik dari panggung hiburan yang disediakan panitia yang merupakan gabungan komunitas di Kabupaten Enrekang. Selain itu, pengunjung juga bisa menikmati pemandangan alam.

Uniknya, di pasar ini mata uang rupiah tidak berlaku. Mata uang yang berlaku di Pasar Mammesa ini hanya uang benggolo. Uang ini merupakan alat tukar yang pernah berlaku di tempo dulu ketika pemerintah Indonesia belum menetapkan rupiah sebagai alat tukar. Uang benggolo aslinya merupakan uang berbahan timah.

"Jadi, para pengunjung harus menukarkan uang rupiahnya di Bank Benggolo yang berada di lokasi pasar. Satu benggolo senilai Rp 5 ribu dan 2 benggolo bernilai Rp 10 ribu, " kata Hardiono, Ketua kegiatan Pasar Mammesa, ini di lokasi.

Menurut dia, untuk bertransaksi di gerai-gerai pasar, pengunjung harus menggunakan uang benggolo. Jadi, uang rupiah dikonverasi ke uang benggolo yang wujudnya kayu, yang dibuat panitia.

"Uang ini sebagai wujud kreativitas panitia. Uang ini juga memudahkan kami menghitung transaksi yang terjadi selama pasar dibuka, " kata dia.