Selasa, 08 Maret 2011

Harga Kol Anjlok, Petani Menjerit

ENREKANG -- Petani kubis atau kol di Kabupaten Enrekang merugi setelah harga di pasaran anjlok, Kamis 10 Februari. Bahkan kondisi itu telah terjadi dalam sebulan terakhir. Padahal kualitas kol petani dinilai cukup menggembirakan.

Saat ini harga kubis di pusat penjualan sayuran, Terminal Agro Sumilan Kecamatan Alla Enrekang hanya Rp300/kilogram. Padahal sebelumnya harga masih Rp2.300/kilogram.

Kondisi itu membuat petani mengalami kerugian yang tidak kecil. Harga penjualan mereka tidak mampu menutupi biaya produksi. Di pihak lain, harga pupuk dan pestisida terus melambung. Beberapa petani saat ini memilih tidak memanen kolnya dengan alasan jika dipanen, justru menambah kerugian. Kubis yang siap panen dibiarkan membusuk di kebun.

"Mau diapa lagi. Terpaksa kita tidak panen karena bisa menambah besar kerugian. Kita biarkan saja membusuk di kebun. Harga Rp300/kilogram sangat tidak memadai, belum lagi ongkos angkutan dari kebun ke pasar," tutur seorang petani, Herman Desa Baroko Kecamatan Baroko Enrekang, Kamis 10 Februari.

Akibat anjlok harga tersebut, Herman mengaku mengalami kerugian Rp15 juta. Itu merupakan biaya mulai pembelian bibit, pupuk dan perstisida, termasuk ongkos pemeliharaan tanaman lain.

Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Enrekang, Hanisah terpisah menyebutkan anjloknya harga kubis atau kol tersebut telah membuat petani kebingungan.

"Itu kenyataannya. Sebelumnya harga kubis Rp2.300/kilogram, namun kini anjlok menjadi Rp300. Sesuai koordinasi kita dengan pengelola terminal agro, kondisi seperti ini memang terjadi setiap tahun antara Desember hingga Maret," ujarnya.

Meski demikian anjloknya harga tersebut lanjutnya, bukan dipicu produksi yang over atau kualitas produksi jelek. Semuanya disebabkan kubis Enrekang gagal bersaing di luar daerah.

"Selama ini, penjualan kubis terbesar Enrekang hanya ke wilayah Kalimantan. Persoalan sekarang kubis asal Jawa Timur masuk ke Kalimantan. Kita kalah cepat dengan Jawa Timur karena mereka menggunakan pesawat. Sementara kita hanya truk melalui kapal laut. Jadi kita kalah cepat dari Jawa Timur," tandasnya. (FAJAR)

Tidak ada komentar: