Rabu, 31 Maret 2010

Pemkab Gagas Festival Gunung Nona

ENREKANG -- Budaya lokal yang mulai terbenam oleh kemajuan teknologi coba disemarakkan kembali oleh Pemkab Enrekang melalui Festival Gunung Nona. Gunung Nona adalah gunung berbentuk
(maaf) alat kelamin wanita yang menjadi salah satu ikon wisata Enrekang.

Kepala Dinas Perhubungan Infokom Pariwisata dan Kebudayaan (DPIKP) Enrekang, H Lateng menuturkan, festival ini dihelat bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Provinsi Sulsel.
Festival Gunung Nona akan menjadi ajang menampilkan semua warisan budaya yang ada di Bumi
Massenrempulu, termasuk tari-tarian.

"Ajang ini juga akan jadi momen memperkenalkan objek wisata yang kita miliki. Enrekang sebenarnya kaya dengan objek wisata yang tidak kalah menariknya dari Tana Toraja, hanya saja objek-objek tersebut belum begitu dikenal," tutur Lateng, Senin, 29 Maret.

Terkait waktu pelaksanaan, pemerintah daerah masih akan berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Provinsi mencari momen tepat.

Tapi kemungkinan akan dihelat berdekatan dengan Lovely December Tana Toraja yang sudah menjadi ajang tahunan. "Yang jelas tujuan utama kita adalah bagaimana kegiatan ini dikemas semeriah mungkin, sehingga wisatawan khususnya warga Massenrempulu di luar daerah bisa kembali melepas rindu di kampung halamannya," tandasnya.(fajar)

Minggu, 28 Maret 2010

Situs Megalitikum Enrekang Terbesar di Sulsel



(Foto, Kasman/Fajar)
ENREKANG -- Warga Kabupaten Enrekang mingkin belum banyak yang mengatahui soal keberadaan situs megalitikum peninggalan nenek moyang sekitar 3.000 tahun silam di Desa Tondong Kecamatan Enrekang.

Situs berupa batu besar dengan panjang 250 meter dan lebar 60 meter ini, diklaim sebagai situs megalitikum terbesar di Sulsel. Di atas batu berukuran dua lapangan sepakbola itu, terdapat bangunan kuno berupa masjid yang menyerupai rumah panggung semi permanen.

Selain itu, di atas batu tersebut juga terdapat beberapa ukiran-ukiran kuno serta bekas pahatan batu berupa lubang seperti bekas tempat permainan dakon. Juga terdapat batu menyerupai meja konon menjadi altar tempat para raja terdahulu menjalankan ritual.

Di atas batu datar itu terdapat beberapa lubang pahatan yang diduga sebagai tempat memancang tiang bangunan orang-orang terdahulu. Kepala Balai Arkelologi Makassar, Muh Husni bersama tiga orang peneliti, didampingi Kepala Dinas Perhubungan Infokom Kebudayaan dan Pariwisata Enrekang, H Lateng beserta stafnya, dalam kunjungannya akhir pekan lalu mengaku takjub atas penemuan situs yang belum banyak diketahui masyarakat umum tersebut.

Menurut Muh Husni, situs ini akan diteliti lebih lanjut karena merupakan situs terbesar dan terlengkap di Sulsel. "Situs di Desa Tondon Enrekang ini akan menjadi ikon Sulsel sebagai situs megalitikum terlengkap," kata Muh Husni, diamini salah satu penelitinya, Hasanuddin.

Situs megalitikum yang sangat dikenal di Sulsel selama ini katanya, hanya tedapat di Soppeng dan Sinjai, tapi yang terbaru dan terbesar ditemukan adalah situs megalitikum di Desa Tondong itu.

"Kita akan melakukan penelitian lebih lanjut, kita akan mengklasifikasikan berapa titik lubang permainan dakon dan berapa jumlah lubang bekas tiang yang terdapat di atas batu tersebut," tutur Muh Husni.

Muh Husni menjelaskan, lubang permainan dakon itu biasanya digunakan orang terdahulu untuk menghitung hari, khususnya saat musim tanam. "Jadi orang-orang terdahulu itu lebih cerdas dan lebih tajam nalurinya,".

Senin, 15 Maret 2010

La Tinro Sesalkan Bantuan Sapi Sebesar Kambing

ENREKANG -- Bupati Enrekang La Tinro La Tunrung mengingatkan jajarannya berhati-hati menyalurkan bantuan untuk masyarakat. La Tinro meminta bantuan kepada masyarakat harus dijalankan dengan transparan.

La Tinro berharap, persoalan penyerahan bantuan sapi dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) di Kelurahah Lewaja, tidak lagi terulang di tempat lain.

Bantuan di Lewaja dipersoalkan karena 42 ekor sapi bantuan PNPM di Kelurahan Lewaja tidak rasional. Sapi yang dibagikan sebesar kambing, namun harga yang ditetapkan oleh pengelola bantuan mencapai Rp 6 juta per ekor.

"Berhati-hatilah menangani bantuan, jangan sampai menyisahkan persoalan yang berujung pada proses hukum," tandas La Tinro di sela-sela pelantikan camat Kamis petang, 11 Maret
Camat Curio dan Massalle yang selama ini hanya dijabat oleh pelaksana tugas, kini dijabat pejabat defenitif. Camat Curio dijabat Chandra Djaja, sementara Camat Masalle dijabat Syamsul Iwan.

Usai dilantik, Chandra Djaja mengatakan bahwa, Curio memiliki lahan pertanian seluas 35 hektare untuk pengembangan Kentang Kalosi. Usai melantik Camat Curio, La Tinro bersama rombongan Muspida langsung menuju ke Kecamatan Masalle untuk melantik Camat Masalle, Syamsul Iwan. (fajar)

Bebas, Lahan Terminal dan Jalan Lingkar

ENREKANG -- Pembangunan jalan lingkar jalur Pasar Sentral Enrekang-Kampung Massemba yang sempat terhambat karena terkendala pembebasan lahan warga, kini tuntas. Seluruh lahan warga termasuk tanaman perkebunan telah dibayarkan oleh pemerintah Kabupaten Enrekang.

Kepala Bagian Administrasi Pemerintahan Setda Enrekang, Muslimin mengungkapkan, anggaran pembebasan lahan untuk pembangunan jalan lingkar itu telah tersalurkan dalam APBD tahun lalu. "Begitupun dengan pembebasan lahan untuk pembangunan terminal kabupaten, juga telah tuntas, total anggaran untuk pembebasan lahan jalan lingkar dan terminal mencapai Rp 2 miliar lebih," tandas Muslimin, Minggu, 14 Maret.

Dengan demikian kata dia, pembangunan jalan lingkar tersebut sudah bisa dilakukan saat ini, begitupun dengan pembangunan terminal. "Khusus untuk pembebasan lahan terminal, anggarannya mencapai Rp 1,2 miliar," ungkap Muslimin.

Untuk jalan lingkar kata Muslimin, karena merupakan jalan provinsi, maka pembangunan jembatan pada bagian jalan lingkar tanggung jawab provinsi. "Kalau jembatannya sudah rampung, maka daerah juga tentu sudah bisa menuntaskan pembangunan jalan lingkarnya," kunci dia. (fajar)